BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2015
merilis angka pengangguran di Indonesia meningkat sebanyak 320 ribu jiwa dimana
lulusan SMK lebih mendominasi angka pengangguran tersebut. Hal ini tentunya
harus menjadi perhatian khusus bagi pemerintah untuk meningkatkan kualitas
lulusan SMK guna mengurangi atau bahkan menuntaskan angka pengangguran.Pemerintah
Indonesia sebenarnya sejak tahun 2009 melalui Departemen Pendikan Nasional (kini Kemendikbud) sudah memberikan
perhatian khusus untuk pengembangan lulusan SMK supaya lebih berkompeten dan mampu
berkompetisi dalam dunia kerja yaitu
melalui slogan “SMK Bisa”. Slogan ini diharapkan mampu membangkitkan semangat seluruh
komponen pendukung SMK mulai dari para pendidik yaitu guru dan peserta didiknya
yaitu siswa. Kedua komponen tersebut merupakan pemeran utama dalam menciptakan interaksi
pedagogis di lingkungan sekolah untuk menghasilkan suatu proses pembelajaran yang menarik dan berkualitas,
sehingga lulusannya kompeten dan tangguh untuk bersaing dalam dunia kerja.
Kurikulum SMK sebenarnya dibuat untuk memenuhi kebutuhan dunia usaha/industri yang
menuntut secara spesifik kompetensi keahlian bidang kerja yang dibutuhkanpara
pencari kerja. Kebutuhan tersebut spesifikasinya telah diwujudkan dalam
kurikulum SMK secara rinci dalam bentuk
mata pelajaran kompetensi keahlian produktif yang mana pemetaannya dibuat
berdasarkan berbagai jenis kegiatan yang ada di dunia kerja.
Para pendidik mata pelajaran
kompetensi keahlian produktif dalam proses pembelajaran dituntut untuk selalu
menjadi guru yang inspiratif, kreatif, inovatif dan profesional, supaya interaksi pedagogis yang
diharapkan tercipta dan menghasilkan suasana pembelajaran yang kondusif dalam
pencapaian ketuntasan suatu kompetensi keahlian.Salah satu aspek keberhasilan siswa
dalam mencapai ketuntasan berasal dari metode pembelajaran yang dipakai. Pemilihan
metode pembelajaran yang tepatpada satuan rancangan program pembelajaran memegang
peranan penting, karena jika salah dalam memilih dan mengimplementasikan maka
tentunya akan mengakibatkan kegagalan pencapaian ketuntasan tersebut.
Metode pembelajaran
merupakan suatu sarana bagi para pendidik untuk mencapai efektifitas tujuan
pembelajaran. Pengaplikasian suatu metode pembelajaran harus melihat
isi konten materi ajar serta keadaan psikologis peserta didik.Guru yang kreatif akan selalu berinovasi
untuk mencari salah satu metode pembelajaran yang efektif untuk dipakai pada
proses pembelajaran bidang suatu kompetensi keahlian. Implementasi metode
pembelajaran yang efektif mampu memotivasi, menginspirasi dan memupuk
kemandirian, prakarsa dan kreativitas siswa untuk terlibat secara aktif dalam
suatu proses pembelajaran.sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 19
tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (SPN), pasal 19, yang menyatakan
bahwa :proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara
interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk
berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa,
kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik
serta psikologis peserta didik.Peserta didik yang tuntas semua kompetensinya
dan dalam proses pembelajarannya sesuai dengan SPN, akan menciptakan lulusan
yang berkualitas, kompetitif dan siap kerja pada bidang keahliannya
masing-masing.Lulusan yang tangguh ini tentunya akan mengurangi tingkat
pengangguran.
Metode pembelajaran inovatif yang sangat populer di
luar negeri dan berpusat pada siswa (student
centered), salah satunya yaitu Problem
Based Learning (PBL). Metode ini merupakan sumber inspirasi guru untuk
berkreasi mengembangkan inovasi pembelajaran yang menarik dan menyenangkan.
Dalam PBL guru memotivasi dan melibatkan siswa secara aktif dan interaktif dalam
suatu tim kecil atau grup belajar untuk memecahkan suatu masalah. Guru menciptakan kelas aktif yang
menarik dimana siswa dan tim kerjanya dengan penuh semangat dan inspiratif membangun
kompetensi dan keterampilan untuk memecahkan
masalah dengan memelajari pengetahuan baru terlebih dahulu. Pengetahuan baru
yang dipelajari tersebutlah nantinya akan meningkatkan kompetensi dan
keterampilan siswa dalam memecahkan suatu permasalahan dalam suatu materi
pembelajaran. Pada pembelajaran berbasis masalah (PBL), karya siswa dimulai
dengan masalah yang otentik dan tidak terstruktur dan memerlukan penelitan
lebih lanjut. Kunci dari masalah ini adalah bagaimana secara eksplisit
menghubungkan sesuatu yang penting dalam kehidupan sehari-hari siswa ke dalam kelas.
Fitur motivasional ini sangat penting karena para siswa menentukan apa, di
mana, dan bagaimana menyelesaikan situasi masalah. Di Indonesia metode PBL
masih jarang atau kurang populer dikalangan para pendidik karena mungkin kurang
memahami bagaimana cara mengimplementasikannya dalam pembelajaran.
Siswa kelas X
program keahlian Administrasi Perkantoran (AP) SMK Strada Daan Mogot pada awal
tahun pembelajaran 2016/2017 masih mengalami sistem pengajaran dengan metode
pembelajaran yang sifatnya konvensional
yaitu teacher centered. Guru
mengajarkan materi Mengelola Pertemuan/Rapat dengan metode ceramah dan siswa
secara pasif mendengarkan seluruh pemaparan guru. Hal ini berlangsung sampai
dua bulan lamanya dan hasil ulangan I dan II siswa, ada 50% lebih berada di bawah
standar Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang telah ditetapkan
yaitu 7,5 (tujuh koma lima).
Hasil ulangan
siswa yang kurang signifikan ini tentunya sangat meresahkan guru. Untuk mengatasi hal tersebut kemudian
guru membuat pengamatan dan wawancara dengan para peserta didik. Ternyata ditemukan
bahwa peserta didik sebenarnya merasa bosan dengan model pembelajaran teacher centered apalagi dengan metode
ceramah. Mereka mengatakan bahwa mereka menjadi mengantuk karena ceramah yang
monoton, dan pada saat mau ulangan timbul niat membuat contekan. Ditemukan juga
suatu persepsi yang salah oleh para siswa yaitu
jika mereka hadir terus tanpa harus aktif secara kolaboratif dengan
teman sekelasnya dalam kegiatan pembelajaran, maka akan tetap mendapat nilai
bagus atau setidaknya mendapat nilai minimal KKM.
Upaya mengatasi masalah
ketidaktuntasan kompetensi dan persepsi yang salah oleh siswa, perlu kiranya
dicoba suatu metode pembelajaran alternatif yang bisa meningkatkan hasil
belajar siswa pada kompetensi Mengelola Pertemuan/Rapat yaitu Problem Based Leraning.
Comments