REFLEKSI MODUL 1.4_BUDAYA POSITIF

 

REFLEKSI MODUL 1.4_BUDAYA POSITIF

Motivasi awal saya mengikuti Program Guru Penggerak adalah keingintahuan terhadap materi dan praktik-praktik apa saja yang dilakukan para calon guru penggerak karena seperti yang telah dinyatakan Pak Nadiem, Menteri Pendidikan bahwa nantinya para guru penggerak diharapkan menjadi seorang agen perubahan di lingkungan sekolah maupun di lingkungan komunitasnya tetapi seiring dengan waktu yang telah dijalani maka motivasi tersebut digantikan dengan perasaan bersalah dan gembira karena ternyata dari program ini diketahui bagaimana sebenarnya SIKAP yang BERPIHAK kepada anak, yang memerdekakan murid selama  mengikuti proses pembelajaran di kelas maupun di luar kelas. 

Sebagai CGP yang sudah mempelajari dan memahami materi-materi yang diberikan juga sedkit-sedikit yang kalau menurut saya lama-lama akan menjadi bukit, juga terlihat dampaknya di lingkungan sekolah dan para rekan kerja. Meskipun masih terlihat sedikit tapi saya yakin nantinya hal ini akan terus bertambah seiring dengan waktu, terlebih untuk menanamkan BUDAYA POSITIF  di lingkungan sekolah. 

Ketika baru pertama kali membaca materi Modul 1.4 yaitu BUDAYA POSITIF saya sungguh sangat tergugah karena memang seluruh materi inilah yang seharusnya sudah diimplementasikan oleh seluruh sekolah di seluruh dunia agar para murid melakukan/melaksanakan suatu aturan kedisiplinan bukan karena TAKUT AKAN HUKUMAN atau bukan karena MAU IMBALAN ATAU REWARD tapi karena KETULUSAN HATI nya dengan mengetahui MANFAAT KEDISIPLINAN yang dilakukannya tersebut benar-benar sangat berguna BAGI DIRINYA SENDIRI dan orang lain di sekitarnya. Untuk menanamkan kebiasaan/budaya  positif terutama dalam hal ini yaitu Disiplin Positif, maka perlu KOLABORASI dari seluruh warga sekolah dalam pelaksanaannya. 

Membangun budaya positif di sekolah sangatlah penting sesuai dengan filosofi pendidikan Bapak Ki Hajar Dewantara yaitu pendidikan yang berpihak pada murid untuk membantu Bapak dan Ibu guru mencapai kesepakatan sekolah berdasarkan Nilai-Nilai Kebajikan Universal. 

Nilai-nilai kebajikan Universal tersebut, diharapkan akan  dicapai oleh setiap anak Indonesia dengan pengimplementasian Profil Pelajar Pancasila di setiap kegiatan sekolah.

Peran seorang pemimpin yaitu para guru penggerak pada suatu  institusi harus menggerakkan dan memotivasi warga sekolah agar memiliki, menyakini, dan menerapkan visi atau nilai-nilai kebajikan yang disepakati, sehingga tercipta budaya positif yang berpihak pada murid.

Dalam mengimplementasikan Budaya Positif maka salah satu metode yang dapat dilakukan para pendidik adalah SEGITIGA RESTITUSI.

Segitiga Restitusi sebagai salah satu cara yang dapat dilakukan untuk menanamkan disiplin positif pada murid sebagai bagian dari budaya positif di sekolah-sekolah. Dengan menerapkan restitusi pada saat  membimbing dan mendampingi murid berdisiplin positif maka, kita sudah membuat para murid menjadi murid yang  merdeka.

Para pendidik harus menganalisis dengan sikap Reflektif dan Kritis penerapan disiplin positif di lingkungan sekolah untuk mendapatkan hal tersebut secara maksimal.

Seorang guru penggerak yang akan menjadi agen perubahan  pendidikan harus mampu memahami dan melaksanakan nilai-nilai dan peran seorang guru penggerak untuk mewujudkan visi yang sudah disusun berdasarkan filosofis bapak ki hajar dewantara yaitu berpihak pada murid dengan merdeka belajar.

VISI GURU PENGGERAK DAPAT TERWUJUD JIKA PARA MURID TELAH MENCAPAI IMPIAN ATAU CITA-CITA YANG TELAH DIDAMBAKAN SELAMA PROSES PEMBELAJARAN, UNTUK ITU SUATU VISI GURU PENGGERAK HARUS DIBUAT BERDASARKAN INKUIRI APRESIASI YANG DILAKUKAN TERHADAP PARA MURID.

Keuntungan terbesar menggunakan Appreciate Inquiry adalah memaksa kita untuk fokus pada hal-hal positif dari suatu situasi dan perubahan pola pikir kita ini secara otomatis diterjemahkan ke dalam tindakan positif yang lebih besar ATAU YANG KITA SEBUT SEBAGAI BUDAYA POSITIF.

DENGAN MENERAPKAN BUDAYA POSTIF, MAKA PARA MURID AKAN MENGEMBANGKAN KENDISIPLINANNYA DENGAN KESADARAN PENUH YANG BERASAL  DIRINYA SENDIRI.

Bapak Ki Hajar menyatakan bahwa untuk mencapai kemerdekaan, untuk menciptakan murid yang merdeka, syarat utamanya adalah harus ada disiplin yang kuat. 

DISIPLIN YANG BERASAL DARI PARA MURID BERDASARKAN KEYAKINAN YANG TELAH DISEPAKATI OLEH WARGA SEKOLAH

Seseorang akan lebih tergerak dan bersemangat untuk menjalankan keyakinannya, dari pada hanya sekedar mengikuti peraturan tertulis tanpa makna.  

KEYAKINAN-KEYAKINAN YANG DILAKUKAN WARGA SEKOLAH MENJADI SUATU BUDAYA POSTIF YANG AKAN MEMBANTU PARA MURID BERKEMBANG AKHLAK , PENGETAHUAN DAN KETERAMPILANNYA

Stephen R. Covey (1991) mengatakan bila kita ingin membuat kemajuan perlahan, sedikit-sedikit, ubahlah sikap atau perilaku Anda. Namun bila kita ingin memperbaiki cara-cara utama kita, maka kita perlu mengubah kerangka acuan kita.

Disiplin adalah perasaan taat dan patuh terhadap nilai-nilai yang dipercaya merupakan tanggung jawab yang harus ditaati . 

Para pendidik terkadang salah menempatkan disiplin terhadap siswa sebagai sesuatu untuk dipaksakan agar dilaksanakan. Tentu dengan berbagai alasan yang menurutnya baik. 

Padahal tidak semua siswa memiliki keinginan  yang sama dengan sesuatu yang dipaksakan . Seharusnya disiplin yang ditanamkan merupakan kebutuhan dari anak itu sendiri, sehingga mereka akan melakukannya BUKAN karena ada GURU  tapi karena mereka BUTUH untuk DISIPLIN yang berasal dari dalam  dirinya sendiri (intrinsik).

Sebelum masuk pada program Guru Penggerak dan belum mempelajari Modul 1.4 (Budaya Positif), posisi kontrol yang sering saya gunakan adalah sebagai teman, dengan asumsi bila kita dekat maka para murid akan disiplin, ternyata lebih banyak keadaan atau situasi tidak dihargainya saya

Setelah saya mempelajari Modul ini, maka sepenuhnya saya akan memposisikan diri saya sebagai Manager. Hal ini berguna untuk memperkenalkan Budaya Positif bagi orang-orang di sekitar saya, sehingga Keyakinan Kelas dan Praktik Segitiga Restitusi akan benar-benar diimplementasikan di lingkungan sekolah SMK Strada Daan Mogot.

Peraasaan saya sekarang sangat gembira karena ternyata apa yang selama ini telah saya lakukan dengan diam-diam maka sekarang dapat dengan terang-terangan dilakukan karena adanya alasan-alasan yang kuat yang membuat hal tersebut yaitu dengan penerapan Budaya Positif maka segala kegiatan akan berjalan  dengan baik yang membuat para siswa akan bahagia dan mencapai cita-cita yang diimpikan. 

Perbedaannya sangat signifikan karena sebelumnya dilakukan sendiri dan diam-diam tanpa ada dukungan dari pihak manapun tetapi sekarang akan dilakukan secara nyata karena sudah mengetahui cara atau strateginya dan didukung dari pemerintah.


Comments