Metode Pembelajaran Berbasis Pemecahan Masalah ( Problem Based Learning/PBL )


Problem Based Learning (PBL) merupakan salah satu metode pembelajaran pedagogik inovatif  yang sering diimplementasikan dalam dunia pendidikan. Metode ini bertujuan untuk melibatkan siswa secara kolaboratif dalam memecahkan masalah yang tidak terstruktur. 

Pendekatan pembelajaran dengan PBL memusatkan seluruh aktivitas proses pembelajaran pada siswa dimana siswa diberi suatu permasalahan dari suatu materi terlebih dahulu kemudian mereka dikondisikan dan diransang untuk belajar suatu pengetahuan baru dari permasalahan tersebut dalam kelompok kecil kemudian siswa dan timnya menangani atau memecahkan masalah tersebut secara otentik dan kompleks. Mempelajari pengetahuan baru merupakan suatu konteks kebutuhan untuk meningkatkan kompetensi dan keterampilan  siswa dalam memecahkan masalah. 

Memunculkan masalah sebelum belajar cenderung memotivasi siswa karena mereka tahu mengapa harus mempelajari pengetahuan baru terlebih dahulu. Tujuan PBL adalah untuk membantu siswa belajar meningkatkan kompetensi dan keterampilan siswa untuk  memecahkan  masalah dan berkolaborasi dengan tim kerja dalam  pembelajaran yang mandiri. 

PBL pertama kali dikembangkan di dalam dunia pendidikan medis pada tahun 1960-an oleh Professor Dr. Howard Barrows at McMaster University, Canada (Hung, et al, 2009; Norhaslini, 2011).

Pembelajaran pemecahan masalah adalah bagian dari pembelajaran berbasis masalah (PBL). 
N.Sudirman (1987:146) mengatakan bahwa metode pemecahan masalah, caranya adalah bahan pelajaran disajikan menjadi masalah yang merupakan titik tolak pembahasan untuk dianalisis dan disintesis dalam usaha untuk mencari pemecahan atau jawabannya oleh siswa.  cara penyajian bahan pelajaran dengan menjadikan masalah sebagai titik tolak pembahasan untuk dianalisis dan disintesis dalam usaha. John Dewey (1938), seorang filsuf, pendidik, dan aktivis politik berkebangsaan Amerika, menyatakan bahwa suatu masalah merupakan suatu stimulus ke arah  berpikir.  John Dewey lebih jauh mengatakan bahwa :

Permasalahan muncul dari kondisi pengalaman yang didapat pada saat pembelajaran berlangsung, dan kapasitas masalah masih berada dalam jangkauan para siswa. Permasalahan membangkitkan  minat peserta didik untuk terus aktif mencari informasi dan ide-ide baru. Fakta dan gagasan baru yang diperoleh menjadi dasar dari pengalaman-pengalaman dimana masalah-masalah baru dipaparkan (hal. 79).

Pada saat implementasi Problem Based Learning dalam proses kegiatan pembelajaran, maka proses kegiatan pembelajaran yang harus terlihat menurut Pierce dan Jones (Runi, 2005: 21) yaitu:

1.    Keterlibatan siswa secara aktif (engagment),
Siswa harus berperan aktif berkontribusi menyumbangkan ide ataupun pendapat dalam memecahkan masalah. Siswa dihadapkan pada situasi atau keadaan yang mendorongnya untuk mampu menemukan masalah dan memecahkannya dengan mencari pengetahuan yang baru untuk meningkatkan keahlian dan keterampilan yang nantinya berguna untuk memecahkan masalah.
2.    Analisis Masalah (investigate the case),
Siswa bekerja sama dengan kelompok tim kerja yang lainnya untuk menemukan dan mengumpulkan informasi melalui kegiatan penyelidikan. Informasi dapat digali  dari berbagai sumber seperti perpustakaan,  modul, dan media elektronik seperti internet.
3.    Kinerja (performance),
Kinerja siswa dievaluasi oleh guru, tutor, rekan kerja, dan diri sendiri dengan menggunakan kuesioner, wawancara, observasi, dan yang lainnya
4.    Tanya jawab (debriefing),
Siswa berbagi pendapat dan idenya dengan siswa lainnya melalui kegiatan tanya jawab untuk mengevaluasi proses dan hasil pemecahan masalah.
5.    Pelaporan dan Refleksi
Seluruh siswa melaporkan dengan presentasi di depan kelas,  kemudian diikuti refleksi hasil kegiatan

     Seluruh kegiatan-kegiatan  pembelajaran yang sudah dijabarkan tersebut menimbulkan beberapa karakteristik yang unik yang menjadi ciri dalam PBL. Berdasarkan teori yang dikembangkan oleh Barrow, Min Liu (2005) menjelaskan beberapa karakteristik khas dari Problem Based Learning adalah :
a.    Student centered is the main idea  in  learning activity
Pada saat proses kegiatan pembelajaran PBL, siswa menjadi pusat perhatian. Seluruh siswa harus benar-benar terlibat secara aktif dan berinteraksi secara kolaboratif untuk mengembangkan pengetahuannya sendiri.
b.    Authentic problems form the organizing focus for learning
     Masalah yang disajikan kepada siswa adalah masalah yang otentik sehingga siswa mampu dengan mudah memahami masalah tersebut serta dapat menerapkannya dalam kehidupan profesionalnya nanti.
c.    New information is acquired through self-directed learning
Pada saat proses pembelajaran, kemungkinan siswa belum memahami semua pengetahuan yang menjadi prasyaratnya, sehingga berusaha belajar secara mandiri melalui berbagai media sumber.
d.    Learning occurs in small groups                                                             
Agar terjadi interaksi ilmiah dan tukar pemikiran dalam usaha membangun pengetahuan secara kolaborative, maka PBL dilaksakan dalam kelompok kecil. Kelompok yang dibuat menuntut pembagian tugas yang jelas dan penetapan tujuan yang jelas.
e.    Teachers act as facilitators.
     Pada pelaksanaan PBL, guru hanya berperan sebagai fasilitator. Namun, walaupun begitu guru harus selalu memantau perkembangan aktivitas siswa dan mendorong siswa agar mencapai target yang hendak dicapai.

Tahapan dalam proses pembelajaran PBL biasanya diatur menurut prosedur tujuh            
langkah  Maastricht, akan tetapi dapat dimodifikasi sesuai dengan kebutuhan kelas.  

Comments